Friday, October 28, 2011

Sesuatu Tidak selalu Kelihatan sebagaimana Adanya

Dua orang malaikat berkunjung ke rumah sebuah keluarga kaya. Keluarga itu sangat kasar dan tidak mengijinkan kedua malaikat itu bermalam di ruang tamu yang ada di rumahnya. Malaikat tersebut ditempatkan pada sebuah kamar berukuran kecil yang ada di basement.
Ketika malaikat itu hendak tidur, malaikat yang lebih tua melihat bahwa dinding basement itu retak. Kemudian malaikat itu memperbaikinya sehingga retak pada dinding basement itu lenyap.
Ketika malaikat yang lebih muda bertanya mengapa ia melakukan hal itu , malaikat yang lebih tua menjawab : "Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya".
Malam berikutnya , kedua malaikat itu beristirahat di rumah seorang petani dan istrinya yang miskin tetapi sangat ramah. Setelah membagi sedikit makanan yang ia punyai , petani itu mempersilahkan kedua malaikat untuk tidur di atas tempat tidurnya.
Ketika matahari terbit keesokan harinya , malaikat menemukan bahwa petani itu dan istrinya sedang menangis sedih karena sapi mereka yang merupakan sumber pendapatan satu-satunya bagi mereka terbaring mati.
Malaikat yang lebih muda merasa geram. Ia bertanya kepada malaikat yang lebih tua. "Mengapa kau membiarkan hal ini terjadi ?
Keluarga yang pertama memiliki segalanya , tapi engkau menolong menambalkan dindingnya yang retak. Keluarga ini hanya memiliki sedikit tetapi walaupun demikian mereka bersedia membaginya dengan kita. Mengapa engkau membiarkan sapinya mati ?"
Malaikat yang lebih tua menjawab : "Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya".
"Ketika kita bermalam di basement , aku melihat ada emas tersimpan di lubang dalam dinding itu. Karena pemilik rumah sangat tamak dan tidak bersedia membagi hartanya ,aku menutup dinding itu agar ia tidak menemukan emas itu."
"Tadi malam ketika kita tidur di ranjang petani ini , malaikat maut datang untuk mengambil nyawa istrinya. Aku memberikan sapinya agar malaikat maut tidak jadi mengambil istrinya. Sesuatu tidak selalu kelihatan sebagaimana adanya"


Kadang , itulah yang kita rasakan ketika kita berpikir bahwa sesuatu tidak seharusnya terjadi. Jika kita punya iman , kita hanya perlu percaya sepenuhnya bahwa semua hal yang terjadi adalah demi kebaikan kita. Kita mungkin tidak menyadari hal itu sampai saatnya tiba ..........

Sumber : www.sahabatsurgawi.net/renungan_bermakna/makna_apr104.html

Wednesday, October 26, 2011

Aku Pernah Datang dan Aku Sangat Patuh


Kisah seorang gadis yatim piatu yang dirawat dan dibesarkan oleh laki-laki miskin. Gadis penderita leukemia yang memutuskan melepaskan biaya pengobatan senilai 540.000 Dollar. Dana pengobatan tersebut berhasil dihimpun dari perkumpulan orang China diseluruh dunia. Dia rela melepaskan dana pengobatan tersebut dan membaginya kepada tujuh anak yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Kalimat terakhir yang ia tinggalkan dalam surat wasiatnya adalah, "Saya pernah datang dan saya sangat patuh". Seorang gadis berusia delapan tahun yang mempersiapkan pemakamannya sendiri.

Sejak lahir dia tidak pernah mengetahui siapa kedua orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang ayah angkat yang memungutnya dari sebuah lapangan rumput. Seorang pria miskin berusia 30 tahun. Karena miskin, tak ada perempuan yang mau menikah dengannya.

30 November 1996, adalah saat dimana pria miskin tersebut menemukan bayi yang sedang kedinginan diatas hamparan rumput. Diatas dadanya terdapat selembar kartu kecil tertuliskan tanggal, "20 November jam 12".

Ketika ditemukan, suara tangisnya sudah melemah. Pria tersebut khawatir jika tak ada yang memperhatikannya, maka bayi tersebut akan mati kedinginan. Ia memutuskan untuk memungutnya. Dengan berat hati karena takut tak dapat menghidupinya kelak karena kemiskinannya, ia memeluk bayi tersebut dambil berkata "apa yang saya makan, itulah yang kamu makan". Kemudian ia memutuskan untuk merawat bayi tersebut dan memberinya nama Yu Yan.

Yu Yan akhirnya dirawat dan dibesarkan oleh seorang pria lajang dan miskin yang tak mampu membeli susu. Yu Yan hanya diberi minum air tajin (air hasil cucia beras). Keadaan yang berat tersebut membuat Yu Yan tumbuh menjadi anak yang lemah dan sakit-sakitan karena kurangnya asupan gizi. Namun Yu Yan adalah anak yang sangat penurut dan patuh.

Musim silih berganti, Yu Yuan pun bertambah besar dan memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, mereka sangat menyukai Yu Yan, meskipun ia sering sakit-sakitan. Yu Yan tumbuh ditengah kekhawatiran ayahnya.

Yu Yuan sadar dia berbeda dengan anak-anak lain. Teman-temannya memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang ayah angkat. Dia sadar bahwa ia harus menjadi anak yang penurut dan tidak boleh membuat ayahnya sedih.

Yu Yan sangat mengerti bahwa dia harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah agar ayahnya yang tidak pernah sekolah bisa merasa bangga. Dia tidak pernah mengecewakan ayahnya. Yu Yan sering bernyanyi untuk ayahnya. Semua hal lucu yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada ayahnya. Senyum sang ayahlah yang bisa membuatnya bahagia.

Pada suatu pagi di bulan Mei 2005, ketika Yu Yuan sedang membasuh mukanya, ia terkejut karena air bekas basuhan mukanya berubah menjadi berwarna merah akibat darah yang menetes dari hidungnya. Darah dari hidungnya terus mengalir tanpa bisa dihentikan.

Ayahnyan segera melarikan Yu Yan ke puskesmas untuk mendapat pertolongan dokter. Dipuskesmas ia diberi suntikan sebagai pertolongan awal. Namun ternyata dari bekas suntikan tersebut juga mengeluarkan darah yang terus mengalir diikuti dengan munculnya bintik-bintik merah dipahanya. Sang dokter menyarankan ayahnya untuk membawa Yu Yan kerumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit Yu Yan dan ayahnya masih harus menunggu karena tak mendapat nomor antrian. Selama menunggu, darah dari hidung Yu Yan terus mengalir. Ia hanya bisa menunggu dikursi panjang ruang tunggu sambil menutup hidungnya agar darahnya tidak mengotori lantai. Tetapi banyaknya darah yang keluar tak bisa dhentikan dan mulai mengotori lantai sehingga perlu tampung dalam sebuah baskom. Dalam waktu singkat, baskom tersebut telah dipenuhi oleh darah Yu Yan.

Dokter yang melihat keadaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan untuk diperiksa. Setelah didiagnosa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sedikitnya membutuhkan biaya sebesar 300.000 $. Ayahnya mulai cemas melihat anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Ia hanya hanya ingin menyelamatkan anaknya. Ayahnya berusaha mencari pinjaman dari saudara-saudaranya. Setelah jerih payah yang dilakukan, uang yang ia peroleh jumlahnya sangat sedikit. Ia memutuskan untuk menjual rumahnya. Namun sangat sulit untuk menjual rumahnya yang kumuh dalam waktu cepat.

Beban pikiran yang ditanggung membuat ayah Yu Yan semakin kurus. Kesedihannya terlihat oleh Yu Yan. Melihat keadaan ayahnya, Yu Yan menjadi sangat sedih. Diruang perawatan, ia menatap ayahnya dan menggenggam tangan sang ayah bermaksud mengatakan sesuatu kepada yahnya. Air mata Yu Yan mulai menetes. Bibirnya bergetar. "Ayah, saya ingin mati" kata Yu Yan dengan suara yang sangat lemah. Ayahnya terkejut mendengar apa yang dikatakan anak angkatnya itu. "Kamu masih terlalu muda, kenapa kamu ingn mati sayang?". "Aku hanya anak yang dipungut dari lapagan rumput. Nyawaku tak berharga. Biarlah aku keluar dari rumah sakit ini".

Karena keadaan yang teramat sulit, dengan terpaksa ayahnya menyetuji permintaan anaknya. Sadar dengan sisa hidupnya yang singkat, gadis yang masih berusia delapan tahun itupun mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakaman untuk dirinya.

Sejak kecil Yu Yan tak pernah menuntut apapun pada ayahnya. Namun hari itu, setelah ia keluat rumah sakit ia mengajukan beberapa permintaan kepada ayahnya. Ia ingin mengenakan baju baru dan berfoto dengan ayahnya. Sang ayah memenuhi permintaan Yu Yan, ia membelikan baju baru untuk anaknya itu dan pergi ke studio foto untuk berfoto bersama anaknya.

Dengan baju barunya Yu Yan berpose bersama ayahnya. Dalam sakit yang dideritanya Yu Yan berusaha tersenyum sambil menahan air matanya yang menetes mebasahi pipi. "Kalau ayah meridukanku setelah aku tidak ada, lihatlah foto ini", ujar Yu Yan kepada ayahnya.

Keadaan Yu Yan diketahui oleh seluruh warga desa tempat tinggal Yu Yan. Selama ini, ia dikenal sebagai anak yang baik dan cerdas. Penderitaan yang ditanggung Yu Yan dan ayahnya membuat penduduk desa bersimpati dan berupaya membantu mereka dengan berusaha menggalang dana dari banyak orang.

Berita tentang Yu Yan pun meluas sampai akhirnya terdengar oleh seorang wartawati bernama Chun Yuan. Berkat laporan yang ditulis di surat kabar tempat wartawati itu bekerja, cerita tentang anak yang mempersiapkan pemakamannya sendiri itu dengan cepat tersebar keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang tergugah dengan pemberitaan di surat kabar tersebut. Kabar tentang Yu Yan akhirnya tersebar hingga keseluruh dunia. Orang-orang yang mengetahui cerita tentang Yu Yan mulai menyebarkan email kebanyak orang diselurh dunia untuk menggalang dana.

Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese didunia saja telah terkumpul 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.

Sumbangan dana masih terus mengalir dari segala penjuru dunia meskipun pengumuman dihentikannya penggalangan dana telah disebarkan.Segala yang dibutuhkan telah tersedia untk pengobatan Yu Yan, semua orang menunggu kabar baik tentang Yu Yan. Seseorang bahkan mengatakan dalam emailnya, "Yu Yuan anakku yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta."

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan akhirnya dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan. Dokter Shii Min yang menangani Yu Yan memintanya untuk menjadi anak perermpuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir deras karena merasa bahagia.

Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu memanggilnya Mama. Suara itu, Shii Min kaget, ia tersenyum sambil berkata, "Anak yang baik".

Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk menjenguk Yu Yuan. Banyak juga orang yang menanyakan kabar Yu Yuan melalui email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi. Fisik Yu Yan semakin lemah.

Yu Yuan pernah bertanya kepada Fu Yuan, seorang wartawti, "Tante kenapa mereka mau menyumbang uang untuk saya? Wartawati tersebut menjawab, karena mereka semua adalah orang yang baik hati". "Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati" ujar Yu Yan. Dari bawah bantal tidurnya gadis kecil itu mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. "Tante ini adalah surat wasiat saya."

Fu yuan kaget setelah mebaca surat wasiat dari Yu Yan. Ternyata gadis tak berdaya itu telah mempersiapkan pemakamannya sendiri. Seorang anak berumur delapan tahun yang sedang menghadapi kematian menulis tiga halaman surat wasiat yang dibagi menjadi enam bagian.

Lewat surat wasiatnya itu YuYan menyampaikan rasa terimakasih sekaligus megucapkan selamat tinggal kepada semua orang yang telah sangat peduli dengan keadaanya. Kalimat terakhir dalam surat wasiat tersebut berbunyi, "Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibsumbangkan untuk sekolah saya. Dan katakana kepada pemimpin palang merah, Setelah saya meninggal, sisa biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit seperti saya agar mereka lekas sembuh". Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang membasahi pipinya. "Saya pernah datang, saya sangat patuh", itulah kata-kata terakhir yang keluar dari bibir Yu Yuan.

Pada tanggal 22 agustus, akibat pendarahan dibagian pencernaan Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Yu Yuan yang telah menderita karena penyakitnya itu akhirnya menutup mata untuk selamanya. Berita ini merupaka pukulan bagi banyak orang yang mengharapkan kesembuhan Yu Yan.

Diatas batu nisannya tertulis, "Aku pernah datang dan aku sangat patuh" (30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan dibelakangnya terukir riwayat hidup Yu Yuan.

Sesuai pesan Yu Yuan, sisa dana sebesar 540.000 dolar tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Mereka adalah anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.

Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. "Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan kami juga akan kami ukir dengan kata-kata "Aku pernah datang dan aku sangat patuh".
Teruskan cerita ini kepada teman-teman Anda agar dapat menjadi inspirasi buat mereka.

Sunday, October 16, 2011

Memaafkan Adalah Karunia Terindah (Bag.2)




Pemberian Maaf

Pemberian maaf bak melumasi roda-roda kehidupan ketika gigi-giginya
mulai aus. Kalau pilihan waktunya tepat dan dengan maksud yang tulus,
permintaan maaf yang manis merupakan sikap hormat kepada peradaban
manusia. Tetapi, sebagian orang lebih mudah memberi maaf atas kesalahan
yang orang lain lakukan terhadap dirinya karena banyak alasan. Biasanya
yang paling kuno adalah karena sangat mencintainya. Kita melihat
bagaimana seorang istri atau seorang kekasih yang mendapat tamparan dari
orang yang dicintainya hanya karena menegurnya untuk bertanya kenapa
mereka dikhianati? Dengan segera bisa melupakan dan memaafkan tamparan
yang mereka terima hanya dengan rangkulan mesra yang pura-pura.

Tetapi untuk memaafkan dirinya sendiri banyak orang
yang tidak mampu melakukannya, dan membuat penyesalan
yang tak berujung sepanjang hidup. Memaafkan diri
sendiri memerlukan keberanian yang besar, lagi pula
apakah Anda berani membebaskan diri dari bayang-bayang kesalahan yang
dilakukan pada hari hari lalu?



Penulis mengajak pembaca untuk melihat dua kisah yang
dialami seorang anak manusia yang dengan susah payah
meneruskan hidupnya untuk menghapus ingatan yang
membuatnya merasa bersalah dan mencoba memaafkan
dirinya sendiri. Orang itu bercerita bagaimana sampai
sekarang bayang-bayang kesalahan itu tidak pernah
pergi dari ingatannya sebagai tanda dia belum bisa
memaafkan dirinya sendiri.

Demikian kisah orang itu, tiga puluh tahun lalu ketika
neneknya yang berumur 80 tahun sudah dalam kondisi
pikun ribut di pagi hari yang sibuk untuk mencarikan
penumbuk sirihnya. Penumbuk sirih itu adalah barang
antik kesayangannya yang dia dapatkan secara
turun-temurun dari nenek moyangnya. Tetapi, karena
orang itu harus sekolah dan hari itu ada kegiatan
penting yang membuat dia stres, dengan ketus dia
mengatakan, "Tidak ada waktu untuk mencari barang
antik nenek, nanti saja kalau pulang sekolah, akan
saya carikan."

Tetapi, apa yang terjadi? Pada jam istirahat kesatu,
datang orang dari rumah untuk menjemputnya pulang
karena neneknya sudah meninggal. Apa mau dikata, sudah terlambat untuk
mencarikan barangnya. Yang dia tahu persis, kalau mau meluangkan waktu
sedikit saja, dia bisa menemukan barang tersebut untuk diberikan pada
neneknya, dan membuatnya meninggal dengan tenteram.

Kejadian kedua orang tersebut berkisah demikian. Dia
memunyai adik perempuan satu-satunya, bungsu di antara
tiga bersaudara. Kejadian 12 tahun lalu tepat di ulang
tahun adiknya. Dia membelikan kado berupa gaun dan
cokelat kesenangan adiknya tersebut. Karena sang adik
tinggal di Bali sementara dia di Jakarta, kado itu pun
tidak jadi dipaketkan dengan pertimbangan "buat apa
buang-buang uang untuk ongkos kirim".



Dia berpikir, kado itu akan diberikan kalau adiknya
pulang pada hari libur yang akan tiba sebentar lagi.
Tetapi apa yang terjadi? Tepat di malam liburan, adik
orang itu mengembuskan napas terakhir di Bali tanpa
memberi kesempatan padanya untuk melihat, apalagi
memberi kado yang sudah dirancang dan dibungkus dengan
indah.

Sampai saat ini, orang itu sulit menoleransi dirinya
sendiri. Apa yang menyebabkan dia waktu itu untuk
menghemat uang ongkos kirim paket yang nyata-nyata dia
mampu untuk membayarnya. Dia begitu menyesal dan
menyalahkan diri terus-menerus.

Memaafkan Diri

Tidak bisa memaafkan diri sendiri tetapi yang
disalahkan orang lain. Itu ibarat terjatuh sendiri,
tetapi menyalahkan teman seperjalanan.

Kita lihat kisah semacam itu demikian. Seorang pejabat
yang bermasa depan sangat cerah dengan jabatan yang
sedang menanjak dan terkenal sebagai orang "bersih nan
suci" dan sangat berkarisma. Yang dimaksud di sini
adalah seorang laki-laki yang berhasil menjalani
hidupnya dengan mulus tidak pernah melirik perempuan
lain karena merasa puas dengan satu istri, juga tidak
pernah korupsi.

Pokoknya di lingkungan hidupnya dia dikenal sebagai
orang yang bersih tuntas yang menjadikannya bersikap
arogan karena merasa tidak bercela. Apa mau dikata,
dalam perjalanan hidup seseorang bisa saja terjatuh,
dan yang dialami laki-laki itu adalah dengan segala
kebersihan dan kesuciannya dia jatuh cinta lagi pada
seorang wanita biasa yang kebetulan istri orang.


Seiring dengan jalannya waktu, rupanya keduanya
sama-sama jatuh dan terjadilah hubungan yang
seharusnya tidak dilakukan, tetapi mereka melakukan
sampai puluhan kali. Sampai suatu saat sang laki-laki
baru terkejut dan menyadari akan apa yang
diperbuatnya, hal itu membuat dia sangat membenci sang
wanita yang dia tuduh sebagai penyebab dari aib yang
dirasakan dalam jalur kehidupannya yang bersih.

Secara jujur di hatinya dia menyadari telah berbuat
salah dan tidak bias memaafkan dirinya sendiri yang
telah membuatnya merasa sangat bercela (kotor). Yang
paling ditakuti sekarang sudah tidak bersih lagi dan
"rapor ketidakbersihan" itu dipegang sang wanita yang membuatnya merasa
saat ini kekuatannya menjadi "berkurang" karena ada orang yang memegang
kartu "AS"-nya.

Hal tersebut membuat perasaannya tidak senyaman dulu
lagi dan semakin dia menyadari hal tersebut, semakin
pula dia membenci sang wanita.

Dari kisah itu bisa kita menarik kesimpulan bahwa
memaafkan diri sendiri itu sangat sulit. Jadi kalau
kita memaafkan, kita harus bisa melampaui hukum normal
yang mengikat kita pada hukum alam "sebab akibat"
dengan zat cinta pada diri sendiri. Sehingga, kita
akan mampu melakukan pemaafan itu dan membebaskan diri
kita dari masa lalu yang menyakitkan. Kita terban
melampaui moralitas penyalahan diri supaya bisa
menciptakan masa depan baru dari ketidakadilan masa
lalu. Kita membebaskan jiwa kita dari kesalahan yang
dilekatkan pada riwayat hidup kita.

Memaafkan diri sendiri dan membebaskan diri dari rasa
bersalah sangat memerlukan keberanian dan keteguhan
hati. Kita akan memulainya untuk bisa keluar dari
bayang-bayang masa lalu dengan membuat skenario baru
untuk naskah hidup kita selanjutnya. Kita perlu
memaafkan diri sendiri, seperti layaknya kita
memaafkan orang yang berbuat salah kepada kita, tetapi
orang tersebut sudah meninggal.

Jadi tidak ada lagi harapan apa pun dari orang
tersebut karena sudah tidak ada. Memaafkan tidak
mengubah fakta dari masa lalu kita. Klimaks dari
pemberian maaf adalah hal itu akan datang setelah kita
merasa bersatu kembali dengan diri sendiri secara
utuh.

Kita menyadari telah berbuat kesalahan dan tidak punya
daya dan kesempatan lagi untuk memperbaiki kesalahan
itu, dan ada semacam perjanjian yang hanya diri kita
sendiri yang mengetahui bagaimana kita berjanji tidak
akan mengulanginya dan akan menjalani hidup baru
dengan cara berpikir baru untuk meraih apa yang
diberikan oleh diri sendiri yang menjadikan kita hidup
lebih baik.

Memaafkan diri sendiri adalah mukjizat penyembuhan
yang tuntas atas kehidupan itu sendiri. Bisa memaafkan
adalah karunia yang terindah dalam hidup seseorang,
baik itu memaafkan diri sendiri maupun memaafkan orang
lain.

~The 3ND~

Sumber : E-Mail

Friday, October 14, 2011

Memaafkan Adalah Karunia Terindah (Bag.1)




Kalau cinta memang bukan hanya dalam kata-kata, tentu
tidak ada kesalahan yang tidak bisa dimaafkan!. Orang
yang mampu memaafkan hanyalah orang-orang yang punya
cinta. Tetapi orang yang punya cinta seharusnya tidak menyakiti atau
menguji sesama dengan mengulang-ulang kesalahan yang itu-itu juga.

Memaafkan bukanlah sebuah perasaan, tetapi sebentuk
tindakan, sebentuk kemauan dari diri seseorang.
Memaafkan adalah suatu mukjizat yang secara ajaib bisa dirasakan, tetapi
tidak banyak di antara kita mampu melakukannya dengan mudah. Anda mau
memaafkan, pasti Anda bisa memaafkan. Anda tidak mau memaafkan, pasti
Anda sendiri yang akan merasakan akibatnya karena memelihara ingatan
dengan segala konsekuensinya yang membuat kita "sakit hati" atau "sakit
pikir"

Memelihara dendam karena orang lain menyakiti hati
kita adalah seperti menelan racun sambil berharap
orang lainlah yang akan mati !.

Lewis B Smedes dalam bukunya Mengampuni dan Melupakan mengajarkan
bagaimana menyembuhkan "luka hati" yang tidak selayaknya kita terima.
Hasil penelitian dari sejumlah ahli jiwa di seluruh dunia menyimpulkan,
bagaimana orang-orang yang memelihara "sakit hati" benar-benar
menanggung akibatnya menjadi sakit organ hatinya (lever). Itu
ter-dokumentasikan dengan baik tentang bagaimana para pasien kanker dan
penyakit berat lain bisa mencapai kesembuhan hanya karena melepas
amarahnya secara sadar dengan cara memaafkan orang-orang yang membuatnya
"sakit hati" dan "memendam amarah" yang membuatnya menderita "luka
batin".

Bagaimana kita menangani konflik dalam kehidupan yang
membuat kita "sakit hati"? Sudah sewajarnya kita ingin
membalas sikap yang menyakiti kita, itu manusiawi,
wajar-wajar saja. Tetapi, perlu diingat kalau hal itu
kita lakukan, berarti kita menyamakan diri sendiri
dengan orang tersebut. Kita bergabung dengan segala
aspek balas dendam yang tidak berujung, seperti
menuangkan minyak ke dalam api, membahayakan semua
orang termasuk diri sendiri.

Itulah hukum abadi. Cinta dan memaafkan adalah dua hal
yang saling mendukung untuk hidup damai sejahtera,
sehat lahir batin. Mukjizat ketika Memaafkan Pemberian
maaf mendapatkan keindahannya yang unik dari
penyembuhan yang didatangkannya kepada semua jenis
"sakit hati".

Memaafkan bukan berarti melupakan tindakan orang yang
menyakiti kita, seolah-olah memaafkan harus satu paket
dengan melupakan kejadiannya. Kita harus bisa
memaafkan, tetapi bukan melupakan begitu saja sampai
suatu hari kita merasakan hal yang sama yang diperbuat
oleh orang yang sama.

Sebagian orang menyakiti hati kita karena mereka
mengira kita layak menerimanya. Terkadang kita tidak
tahu dengan pasti apakah kita menjadi korban dari
kejadian yang tak terhindarkan yang menimbulkan sakit
hati itu secara disengaja atau tidak disengaja oleh
orang yang melakukannya pada diri kita.

Akan memunyai perbedaan yang sangat besar kalau kita
mengalami "sakit hati", tetapi dengan kesadaran penuh
kita menelaah masuk ke diri sendiri untuk bertanya,
apakah saya pantas mendapat perlakuan yang menyakitkan
itu. Atau memang kita mendapatkannya dari serangan
yang memang orang lain lakukan dengan sengaja secara
curang pada diri kita.

Kalau Anda menerima rasa "sakit hati" yang dilontarkan
orang lain sebagai akibat dari perbuatan sendiri yang
tanpa disengaja atau bahkan disengaja telah Anda
lakukan, nasihat yang bisa diberikan adalah sebagai
berikut.

Maafkan dan lupakan ! Anda bisa hidup sehat dan
sejahtera. Tetapi, kalau Anda menerima "sakit hati"
yang berasal dari serangan curang seseorang yang
memang dengan sengaja atau tidak disengaja
perbuatannya membuat masalah yang berakibat Anda
mengalami sakit hati.

Karena itu, nasihat yang bisa diberikan adalah tetap
memaafkan, tetapi jangan beri kesempatan lagi padanya
untuk menyakiti hati Anda !. Ada banyak cara yang
bisa kita lakukan untuk menghindarinya berbuat hal
yang sama pada Anda di kemudian hari.

Thursday, October 6, 2011

Titik es dalam hati




Di sebuah perusahaan rel kereta api ada seorang pegawai, namanya Nick. Dia sangat rajin bekerja, dan sangat bertanggung jawab, tetapi dia mempunyai satu kekurangan, yaitu dia tidak mempunyai harapan apapun terhadap hidupnya, dia melihat dunia ini dengan pandangan tanpa harapan sama sekali.

Pada suatu hari semua karyawan bergegas untuk merayakan ulang tahun bos mereka, semuanya pulang lebih awal dengan cepat sekali. Yang tidak sengaja terjadi adalah, Nick terkunci di sebuah mobil pengangkut es yang belum sempat dibetulkan. Nick berteriak, memukul pintu dengan keras, semua orang di kantor sudah pergi merayakan ulang tahun bosnya, maka tidak ada yang mendengarnya.

Tangannya sudah merah kebengkak-bengkakan memukul pintu mobil itu, suaranya sudah serak akibat berteriak terus, tetapi tetap tidak ada orang yang mempedulikannya, akhirnya dia duduk di dalam sambil menghelakan nafas yang panjang. Semakin dia berpikir semakin dia merasa takut, dalam hatinya dia berpikir: Dalam mobil pengangkut es suhunya pasti di bawah 0 derajat, kalau dia tidak segera keluar dari situ, pasti akan mati kedinginan. Dia terpaksa dengan tangan yang gemetar, mencari secarik kertas dan sebuah bolpen, menuliskan surat wasiatnya.

Keesokkan harinya, semua karyawan pun datang bekerja. Mereka membuka pintu mobil pengangkut es tersebut, dan sangat terkejut menemukan Nick yang terbaring di dalam. Mereka segera mengantarkan Nick untuk ditolong, tetapi dia sudah tidak bernyawa lagi.

Tetapi yang paling mereka kagetkan adalah, listrik mobil untuk menghidupkan mesin itu tidak dihubungkan, dalam mobil yang besar itu juga ada cukup oksigen untuknya, yang paling mereka herankan adalah suhu dalam mobil itu hanya 28 derajat saja, tetapi Nick malah mati "kedinginan"!!

Nick bukanlah mati karena suhu dalam mobil terlalu rendah, dia mati dalam titik es di dalam hatinya. Dia sudah menghakimi dirinya sebuah hukuman mati, bagaimana dapat hidup terus?

Percaya dalam diri sendiri adalah sebuah perasaan hati. Orang yang mempunyai rasa percaya diri tidak akan langsung putus asa begitu saja, dia tidak akan langsung berubah sedih terhadap keadaan hidupnya yang jalan kurang lancar.

Tanyalah pada diri kita sendiri, apakah kita sendiri sering langsung memutuskan bahwa kita tidak mampu untuk mengerjakan suatu hal, sehingga kita kehilangan banyak kesempatan untuk menjadi sukses? Kehilangan banyak kesempatan untuk belajar mandiri? Untuk jadi lebih mengerti kehidupan ini?

Yang mempengaruhi semangat kamu bukanlah faktor-faktor dari luar, melainkan hatimu sendiri. Sebelum berusaha sudah dikalahkan oleh diri kita sendiri,biarpun ada banyak bantuan yang tertuju pada dirimu tetap tidak akan membantu.